Leganda Kraken, Hewan Penguasa Lautan
INTAN | 02.34  | 
unia binatang
Leganda Kraken, Hewan Penguasa Lautan  - Mungkin tidak ada monster legendaris yang lebih mengerikan  dibandingkan dengan Kraken, penguasa lautan yang membuat para pelaut  bergidik ketakutan. Apa yang menarik dari legenda Kraken adalah adanya  kemungkinan kalau legenda ini mungkin memang berdasarkan pada sesuatu  yang nyata.
Kraken adalah seekor monster  yang digambarkan sebagai makhluk raksasa yang berdiam di lautan wilayah  Islandia dan Norwegia. Makhluk ini disebut sering menyerang kapal yang  lewat dengan cara menggulungnya dengan tentakel raksasanya dan  menariknya ke bawah.
Kata Kraken sendiri berasal dari  Kata " Krake" dari bahasa Skandinavia yang artinya merujuk kepada hewan  yang tidak sehat atau sesuatu yang aneh. Kata ini masih digunakan di  dalam bahasa jerman modern untuk merujuk kepada Gurita.

Begitu  populernya makhluk ini sampai-sampai ia sering disinggung di dalam  film-film populer seperti Pirates of the Caribbean atau Clash of The  Titans. Jika ada makhluk raksasa penguasa lautan, maka Krakenlah  namanya.
Karakter Kraken
Kita  mungkin mengira Kraken hanyalah sebuah bagian dari dongeng, namun  sebenarnya tidak demikian. Sebutan Kraken pertama kali muncul dalam buku  Systema Naturae yang ditulis Carolus Linnaeus pada tahun 1735.
Mr. Linnaeus adalah orang yang  pertama kali mengklasifikasi makhluk hidup ke dalam  golongan-golongannya. Dalam bukunya itu, ia mengklasifikasikan Kraken ke  dalam golongan Chepalopoda dengan nama latin Microcosmus. Jadi, boleh  dibilang kalau Kraken memiliki tempat di dalam sains modern.Erik  Ludvigsen Pontopiddan, Uskup Bergen yang juga seorang naturalis, pernah  menulis di dalam bukunya Natural History of Norway yang terbit tahun  1752 kalau Kraken "tidak bisa disangkal, adalah monster laut terbesar  yang pernah dikenal".
Menurut Pontopiddan, Kraken  memiliki ukuran sebesar sebuah pulau yang terapung dan memiliki tentakel  seperti bintang laut. Ia juga menyebutkan kalau makhluk ini bisa  menggulung kapal yang lewat dengan tentakelnya dan menariknya ke dasar  lautan. Namun, menurut Pontopiddan, bahaya terutama dari Kraken adalah  riak air yang dashyat ketika ia menyelam ke dalam laut. Riak itu bisa  menenggelamkan kapal yang ada di dekatnya.
Menariknya, selain menggambarkan  Kraken sebagai makhluk yang berbahaya, Pontopiddan juga menulis  mengenai sisi lain dari makhluk misterius ini. Ia menyebutkan kalau  ikan-ikan di laut suka berada di dekat Kraken. Karena itu juga, para  nelayan Norwegia yang mengetahui hal ini suka mengambil risiko untuk  menangkap ikan dengan membawa kapalnya hingga berada tepat di atas  Kraken.
Jika mereka pulang dengan  membawa hasil tangkapan yang banyak, para penduduk desa tahu kalau para  nelayan tersebut pastilah telah menangkap ikan tepat di atas Kraken.
Sejak lama, makhluk ini hanya  dianggap sebagai bagian dari Mitologi kuno yang setara dengan sebuah  dongeng. Namun ketika sisa-sisa bangkai monster ini terdampar di pantai  Albaek, Denmark, Pada tahun 1853, para ilmuwan mulai menyadari kalau  legenda mengenai Kraken mungkin memang berdasarkan pada sesuatu yang  nyata, yaitu cumi-cumi raksasa (Giant Squid), cumi-cumi kolosal  (Colossal Squid) atau Gurita raksasa (Giant Octopus).
Seberapa besarkan seekor cumi atau gurita bisa bertumbuh?
Benarkan mereka bisa menyerang sebuah kapal besar seperti yang digambarkan di film-film?Penampakan Signifikan
Pada  tahun 1801, Pierre Denys de Montfort yang menyelidiki subjek mengenai  Kraken menemukan kalau di Kapel St.Thomas di St.Malo, Brittany,  Perancis, ada sebuah lukisan yang menggambarkan seekor gurita raksasa  sedang menyerang sebuah kapal dengan cara menggulungnya dengan  tentakelnya. Insiden yang tergambar dalam lukisan tersebut ternyata  berdasarkan pada peristiwa nyata.
 
 Dikisahkan  kalau kapal tersebut adalah kapal Norwegia yang sedang berada di lepas  pantai Angola. Ketika mendapatkan serangan tak terduga tersebut, para  pelaut di atas kapal lalu membuat sebuah kaul untuk St.Thomas yaitu jika  mereka dapat terlepas dari bahaya ini, mereka akan melakukan perjalanan  ziarah.
Para awak kapal kemudian  mengambil kapak dan mulai melawan monster itu dengan memotong  tentakel-tentakelnya. Monster itupun pergi. Sebagai pemenuhan atas kaul  itu, para awak kemudian mengunjungi Kapel St.Thomas di Britanny dan  menggantung lukisan itu sebagai ilustrasi atas peristiwa yang menimpa  mereka.
Sayangnya, peristiwa yang  menimpa para pelaut itu tidak diketahui persis tahun terjadinya. Namun,  paling tidak, penyerangan monster raksasa terhadap sebuah kapal tidak  bisa dibilang sebagai mitos semata.
Selain kisah lukisan di Kapel  St.Thomas, Mr.Monfort juga menceritakan perjumpaan lain dengan makhluk  serupa cumi atau gurita raksasa yang dialami oleh kapten Jean-Magnus  Dens dari Denmark yang bertemu dengan makhluk itu juga di lepas pantai  Angola. Makhluk raksasa itu menyerang kapal mereka dan bahkan berhasil  membunuh tiga awaknya.
Para awak kapal yang lain tidak  tinggal diam dan segera mengambil meriam dan menembakkannya ke monster  itu berulang-ulang hingga ia menghilang ke dalam lautan.
Kapten Dens memperkirakan monster itu memiliki panjang 11 meter.
Kisah lain terjadi pada tanggal  30 November 1861. Ketika sedang berlayar di kepulauan Canary, para awak  kapal Perancis, Alencton, menyaksikan seekor monster laut raksasa  berenang tidak jauh dari kapal. Para pelaut segera menyiapkan peluru dan  mortir yang kemudian ditembakkannya ke arah monster itu.
Monster yang ketakutan dengan  segera berenang menjauh. Namun, kapal Alencton segera diarahkan untuk  mengejarnya. Ketika mereka berhasil mendekatinya, garpu-garpu besi  segera dihujamkan ke tubuh monster itu dan jaring segera dilemparkan.  Ketika para awak mengangkat jaring itu, tubuh monster itu patah dan  hancur yang kemudian segera jatuh ke dalam air dengan menyisakan hanya  sebagian dari tentakelnya.
Ketika kapal itu mendarat dan  tentakel itu diperlihatkan kepada komunitas ilmuwan, mereka sepakat  kalau para awak kapal mungkin telah menyaksikan seekor cumi raksasa  dengan panjang sekitar 8 meter.
Pada bulan Oktober 1873, seorang  nelayan bernama Theophile Piccot dan anaknya berhasil menemukan  tentakel cumi raksasa di Newfoundland. Setelah diukur, para peneliti  menyimpulkan kalau hewan itu kemungkinan memiliki panjang hingga 11  meter.
Pada tahun 1924, Frank T.Bullen  menerbitkan sebuah buku yang berjudul The Cruise of the Chacalot. Dalam  buku ini, Bullen menceritakan sebuah kisah luar biasa yang disebut  terjadi pada tahun 1875. Kisah ini membuat Kraken mendapatkan musuh  abadinya, yaitu Paus Penyembur (Sperm Whale).
Menurut Bullen, pada tahun 1875  ia sedang berada di sebuah kapal yang sedang berlayar di selat Malaka.  Ketika malam bulan purnama, ia melihat ada sebuah riakan besar di air.
"Ada gerakan besar di dalam laut saat purnama. Aku meraih teropong malam yang selalu siap di gantungannya. Aku melihat seekor paus penyembur besar sedang terlibat perang hebat dengan seekor cumi-cumi yang memiliki tubuh hampir sebesar paus itu. Kepala paus itu terlihat lincah seperti tangan saja layaknya. Paus itu terlihat sedang menggigit tentakel cumi itu dengan sistematis. Di samping kepalanya yang hitam, juga terlihat kepala cumi yang besar. Mengerikan, aku tidak pernah membayangkan ada cumi dengan kepala sebesar itu."
Mendengar kesaksian Bullen, kita  mungkin tergoda untuk mengatakan kalau ia membesar-besarkan atau  mungkin mengarangnya saja. Namun, pada Oktober 2009, komunitas ilmuwan  menyadari kalau kisah yang diceritakan Bullen mungkin memang bukan  sekedar cerita fiksi. Cumi raksasa memang bermusuhan dengan Paus  Penyembur.
Di wilayah perairan di pulau  Bonin di Jepang, para peneliti kelautan berhasil mendapatkan foto-foto  langka yang memperlihatkan seekor paus penyembur sedang menyantap seekor  cumi raksasa yang diperkirakan memiliki panjang 9 meter.
 
  
 Dendam lama tidak pernah berakhir.